MUSRENBANG RKPD 2024 PULOKULON

Penguatan Daya Saing SDM, Didukung Peningkatan Reformasi Birokrasi

Untuk | Pulokulon Unggulan


Me

SEJARAH

Pulokulon berarti “Desa Bagian Barat”. Pada jaman dulu terdapat 3 (tiga) Desa yaitu Pulokulon, Jetaksari dan Panunggalan. Kemudian pada suatu saat disepakati perlunya dibentuk sebuah kecamatan, dan karena Desa Pulokulon terletak di ketinggian maka disepakati menjadi ibu kota Kecamatan. Pada masa penjajahan Belanda untuk mengecoh pihak Belanda, maka ibukota Kecamatan Pulokulon dipindah ke Desa Panunggalan dengan nama tetap yaitu Kecamatan Pulokulon.

0
JML. PENDUDUK
0
LAKI-LAKI
0
PEREMPUAN
0
JML.KEPALA KELUARGA
  • Pemancingan Embung Indah Sakti Krajan Panunggalan

    Panunggalan.Pulokulon- Embung yang dulunya sebuah Waduk di Dusun Krajan Desa Panunggalan, Pulokulon kini berubah fungsi. Embung yang berukuran 40x60 m ini dimanfaatkan untuk spot memancing yang dikenal dengan Pemancingan Embung Indah Sakti.


    Kreatifitas Dusun Krajan Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Groboganyang dituangkan melalui Jantenan Organizer, mampu menyulap embung desa menjadi Spot Pancingan. Bahkan berpotensi ditingkatkan menjadi objek wisata lokal.

    Penggagas pemanfaatan Embung menjadi sarana rekreasi, Nur Faizin Kadus Krajan yang dilantik pada Januari 2021 mengatakan, gagasan tersebut muncul atas keinginannya untuk membuat ikon Panunggalan di wilayah Dusun Krajan.

    "Dari gagasan itulah ada peluang yang bisa meningkatkan nilai tambah, selain untuk penyimpanan dan pengairan lahan pertanian," kata Bang Jin, panggilan akrabnya.

    Kadus Krajan bersama para tokoh pemuda Dusun Krajan yang dipelopori oleh Serma Eko Supriantono sekaligus selaku Babinsa Panunggalan mengelola embung untuk kegiatan pemancingan dan budidaya ikan air tawar di keramba.

    Pengelola yang tergabung dalam Jantenan Organizer mengadakan event mancing bersama. Dengan harapan, embung Gayam Desa Ngumpakdalem bisa dikenal tidak sebatas warga lokal saja. Namun bisa keluar Desa Ngumpakdalem.

    "Rencananya, embung tersebut tidak sebatas untuk tempat pemancingan, tapi akan dikonsep sebagai tempat wisata air, taman wisata buah" terangnya.

    Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa (Kades) Panunggalan, Moch Pujiyanto membenarkan, Pemdes Panunggalan mendukung kreatifitas yang diinisiasi oleh Kadus Krajan tersebut.

  • Cerita Asal Usul Sendang Coyo Yang Melegenda


    Mlowokarangtalun.Pulokulon- Mengenai asal-usul Sendang Coyo, Desa Mlowokarangtalun, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, ada beberapa versi yang berkembang di masyarakat.

    Ada yang menceritakan, jika sendang itu dibuat oleh Raja Malwapati Prabu Anglingdarmo untuk memadamkan api yang dipakai istrinya Dewi Setyawati untuk melakukan aksi bakar diri. Tindakan nekat itu dilakukan lantaran Prabu Anglingdarmo tidak mau menurunkan ilmu yang bisa mendengar pembicaraan hewan. Karena tidak diajari ilmu yang dimiliki suaminya akhirnya ia nekat melakukan aksi bakar diri.

    “Konon ceritanya, kolam yang airnya dipakai untuk memadamkan api yang membakar Dewi Setyawati akhirnya jadi Sendang Coyo ini. Mengenai benar tidaknya cerita ini masih perlu dibuktikan secara ilmiah,” kata Riyanto, warga di sekitar.

    Versi lainnya, munculnya Sendang Coyo itu secara tidak langsung merupakan jasa dari Sunan Kalijaga. Ceritanya, pada saat itu, Sunan Kalijaga beserta beberapa muridnya sedang mengembara untuk menyiarkan agama Islam dan sempat melewati kawasan hutan yang ada. Pada saat tiba, para pengikut Sunan Kalijaga merasa kehausan karena tidak menemukan sumber air. Padahal mereka baru saja melakukan perjalanan jauh. Kemudian, Sunan Kalijaga meminta para muridnya untuk beristirahat. Sementara ia akan mencoba mencari sumber air di sekitar kawasan hutan tersebut. Sebelum beranjak pergi, Sunan Kalijaga sempat menancapkan sebuah tongkat bambu didekat sebuah pohon besar.

    Lama ditunggu, Sunan Kalijaga tidak kunjung kembali. Kemudian, salah seorang muridnya secara tidak sengaja mencabut tongkat bambu yang sebelumnya ditancapkan gurunya. Saat tongkat dicabut, muncul sebuah keajaiban. Di mana, dari lubang bekas tancapan tongkat itu memancar air dari dalam tanah. Kemudian, murid segera minum air sampai puas. Usai minum air, mereka merasa badannya menjadi segar dan tenaganya pulih kembali. Setelah puas minum, para murid Sunan Kalijaga mencari tempat teduh untuk istirahat sambil menanti kedatangan gurunya. Dalam masa istirahat ini, tanpa mereka ketahui air yang keluar dari bekas tancapan tongkat bambu terus mengucur deras sehingga akhirnya menjadi sebuah kolam kecil.

    Makam Eyang Gabus ini masih ada sampai sekarang

    Ketika Sunan Kalijaga akhirnya kembali, para murid menceritakan keanehan yang dialami ketika tanpa sengaja mencabut tongkat bambu. Selanjutnya, Sunan Kalijaga melihat lokasi air yang muncul dan sudah menjadi sebuah kolam itu. Sunan Kalijaga melihat air dalam kolam terlihat memancarkan aneka cahaya akibat pantulan sinar matahari. Dari peristiwa ini, Sunan Kalijaga menamakan tempat itu Sendang Coyo (bercahaya).

    Setelah itu, Sunan Kalijaga menempatkan salah satu muridnya tinggal untuk menjaga sendang sekaligus menyiarkan agama Islam di sekitar. Beberapa tahun kemudian, muridnya itu diketahui meninggal dunia dalam kondisi terapung di tengah sendang. Jasad murid setia ini akhirnya dimakamkan di sebelah barat sendang dan warga setempat menyebutnya dengan makam Eyang Gabus. Penamaan ini diberikan lantaran saat meninggalnya dalam kondisi terapung di atas air seperti sebuah Gabus.

     “Makam Eyang Gabus ini masih ada sampai sekarang. Selain mengunjungi sendang, sebagian pengunjung ada yang berziarah ke makam Eyang Gabus,” kata Endro, warga Mlowokarangtalun.


  • Gugel Park Jatiharjo Titik Akhir Pembaretan Bintara Remaja




    Jatiharjo.Pulokulon- Usai melaksanakan Upacara Hari Sumpah Pemuda, Polres Grobogan Polda Jawa Tengah melanjutkan kegiatan dengan Upacara Pembukaan Pembinaan Dan Peningkatan Kemampuan Fungsi Teknis Samapta Dalam Rangka Tradisi Pembaretan Bintara Remaja Tahun 2022.

     

    Upacara Tradisi Pembaretan Bintara Remaja Tahun 2022 ini, dipimpin langsung oleh Kapolres Grobogan AKBP Benny Setyowadi di Lapangan Sanika Satyawada Mapolres Grobogan, Jum’at ( 28/10/2022 ).

     

    Tradisi ini ditandai dengan penyiraman air kembang kepada para Bintara Remaja yang dilakukan oleh Kapolres Grobogan, yang dilanjutkan dengan kegiatan pembinaan fisik dan longmarch sejauh 20 kilometer dengan start di Mapolres Grobogan dan Finish di Obyek Wisata Gugel Park Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.


    Kegiatan yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB tersebut, diikuti sebanyak 15 Bintara Remaja dengan tujuan untuk melatih fisik dan mental para Bintara remaja agar kedepannya selalu siap dan siaga menjadi Polri yang bijak dan Presisi.

     

    Kapolres Grobogan berharap usai pemberatan ini, para Bintara Remaja Polri dapat menjalankan tugas-tugas polisi dengan baik yang tentunya nanti akan bersentuhan dengan masyarakat langsung sebagai pengayom, pelayan dan pelindung.

     

    “Dengan pembinaan tradisi pembaretan ini, semoga kedepannya dapat meningkatkan kualitas personel Bintara Remaja dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat,” terang Kapolres.

     

    “Kami menitipkan pesan agar menanamkan disiplin sejak saat ini dan jauhi segala bentuk pelanggaran, baik disiplin, kode etik maupun pidana,” lanjut Kapolres Grobogan.

     

    Kapolres juga menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya pembaretan tersebut yakni guna membentuk sikap dan tanggung jawab para personel, karena akan membawa konsekuensi beberapa tuntutan pelaksanaan tugas yang lebih besar sehingga para Bintara Remaja Polri harus kuat, dan menjadi personel Polri yang siap sedia dalam menjaga Kamtibmas di wilayah Kabupaten Grobogan.

     

    “Kita sebagai anggota Polri harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Jangan sampai kehadiran kita malah bikin rusuh di tengah masyarakat. Buat orang tua merasa bangga, jangan khianati orang tua. Ada doa orang tua yang mengantarkan kita bisa menjadi anggota Polri,” pungkas Kapolres.

    Sumber : https://jurnalterkini.com/ 

  • Desa Pojok Lokasi Pembukaan Pra Porprov Cabor Gantole



    Pojok. Pulokulon- Sri Sumarni, Bupati Grobogan, yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Grobogan membuka Pra Porprov Cabor Gantole di Obyek wisata Gantole & Paralayang Desa Pojok, Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan, Senin (21/11/2022).

    Dalam sambutannya, Sri Sumarni menyampaikan, bahwa setiap penyelenggaraan event yang baik lokal maupun tingkat provinsi dan nasional, tentunya akan memberikan efek domino bagi daerah sekitarnya.

    “Dengan mengusung konsep “Olahraga dan Pariwisata”, kejuaraan ini diharapkan bisa menumbuhkan ekonomi kerakyatan, khususnya di wilayah Kec. Pulokulon. Tentunya akan menjadi kolaborasi yang sangat bagus, di mana olahraga prestasi, sekaligus berwisata,” ujarnya.

    Lebih lanjut, ia berharap, bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, jajaran pemda telah berusaha memberikan fasilitas terbaik untuk venue Gantole ini. Termasuk membangun akses jalan kewenangan kabupaten, ruas Jambon-Jatiharjo di Desa Pojok.


    “InsyaAllah selesai tahun ini, mohon maaf jika masih ada yang kurang, karena keterbatasan kewenangan kabupaten. Kepada segenap panitia agar tetap semangat dan selamat bekerja, semoga dapat menghasilkan atlet-atlet terbaik yang siap berlaga di Porprov 2023 mendatang,” imbuhnya.

    Dalam penutupan, Sri Sumarni berpesan kepada semua atlet dari 11 Pencab Gantole Jawa Tengah yang akan bertanding, untuk terus giat berlatih dan selalu jaga sportivitas.

    “Kejuaraan bukanlah akhir, tetapi justru merupakan awal dari sebuah perjuangan,” tandasnya.

    Koresponden : Info Pulokulon

    INOVASI KECAMATAN PULOKULON

    Anjungan Layanan Mandiri (ALM) Percontohan di Desa Panunggalan.

    ALAMAT

    Jl. Raya Danyang-Kuwu No. 100, Panunggalan

    EMAIL

    musrenbangpulokulon@gmail.com
    jantenanorganizer@gmail.com

    HANDPHONE

    +62 823-2852-7028

    TELPON

    (0292) 761008